Sorreeee :)
Yaa, besok akan menjadi UAS pertama saya di kelas XI di MAN Insan Cendekia. Untuk itu, saya harus segera membayar posting saya di minggu ini.
Kali ini saya akan membahas mengenai Ade Irma Suryani. Tokoh ini adalah tokoh yang sangat menginspirasi di kehidupan saya ketika SD. Entah kenapa ketika SD, saya dan teman teman sepermainan saya selalu mengelu-elukan namanya Jujur kami kagum dan bangga kepadanya. Dan rasa kekaguman itu terus terbawa sampai sekarang.
Beliau adalah anak dari Abdul Harris Nasution. Ia adalah salah satu korban dari peristiwa G30SPKI. Oh iya, namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Pekanbaru, Riau. Beliau wafat di rumahnya, Jalan Teuku Umar no. 4 Menteng, Jakarta Pusat. Sekarang tempat itu dijadikan musem AH Nasution. Jujur, posting saya kali ini membuat saya ingin mendatanginya pada liburan besok. Nanti kalo saya kesana, insyaAllah akan di post pada posting berikutnya :)
Sekarang saya akan menceritakan proses (halah-_-) kematian Ade Irma Suryani.
Pada 1 Oktober 1965, jam 03.45 AH Nasution terbangun karena mendengar kegaduhan di luar rumahnya. Pada saat itu, ia sedang tidur bersama istrinya dan Ade Irma. Ternyata, Pasukan Cakrabirawa telah menelusup masuk ke rumahnya, menuju kamar sang Jendral. Mereka berniat untuk membunuh AH Nasution. Mereka menggedor pintu kamar. Jendral dan istrinya telah melarikan diri, sementara anaknya diserahkan kepada adik dari istrinya dikamar sebelah.
Namun, Cakrabirawa menembakkan pelurunya di kamar tersebut, dan peluru tersebut mengenai Ade Irma. Adik istri Jendral, Mardiah, berkata "Pak, Ade tertembak!" Ade pun berkata, "Papa, Ade salah apa? Kenapa Ade ditembak?" Istri Jendral membopong Ade Irma yang bersimbah darah. Sementara AH Nasution melompat ke pagar samping rumahnya. Bu Nasution pun menelpon Komandan Garnisun Mayjen Umar Wirahadikusumah, namun sambungan telfon telah diputus. Lalu Bu Nas berkata, "Bapak tidak di rumah! Ia sedang berada di Bandung. Kalian ke sini hanya untuk membunuh anak kami, Ade!"
"Ade masih hidup?"
"Masih, Mama"
"Ade masih terus hidup?"
"Hidup terus, Mama"
"Ade masih kuat?"
"Masih, ma."
Begitulah percakapan antara Ade dan ibunya ketika ia berada pada gendongan ibunya. Pegangannya di leher sang Ibu semakin lama kian melemah dan membuat ibunya panik dan khawatir.
Akhirnya setelah keadaan mulai mereda (karena Pierre Tendean lah yang terbunuh---> bisa browsing sendiri), Ade Irma dibawa ke rumah sakit. Ketika ditanya, "Ade sakit?" ia menjawab, "sakit Ma, sakit perut." Ia pun dioperasi oleh Dr. Eri Sudewo. Setelah di operasi dia terus sadar, namun lama kelamaan ia terus melemah.
Ia sempat berkata, "Ade sayang Mama, Ade sayang Papa. Tapi, kenapa Ade ditembak? Salah Ade apa, Ma?"
Akhirnya setelah keadaannya semakin melemah, ia pun meninggal pada 6 Oktober 1965. Sebelumnya Ibunya sempat berkata, "Ade... Mama ikhlaskan Ade pergi." Ade pun meninggal pada pukul 02.00.
HUUUUUUUUUUUUUU :(((( Membaca dan mengingat cerita ini kembali membuat saya menangis. Sedih rasanya, saya tidak kuat untuk menuliskan lebih panjang apa kesimpulan dari cerita ini. Silahkan rumuskan sendiri.
Untuk Ade Irma Suryani, semoga tenang disana, aku sayang dan kagum denganmu. Engkau akan selamanya menjadi figur yang paling aku senangi.
No comments:
Post a Comment