Thursday, September 18, 2014

RA Kartini

Assalamualaikum. 

Malam Jumat kali ini saya akan membahas mengenai tokoh emansipasi wanita di Indonesia. Ya, siapa lagi kalau bukan RA Kartini.

RA Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Sangat sulit baginya untuk menempuh pendidikan menuju jenjang yang lebih tinggi karena adanya perbedaan derajat antara wanita dan laki-laki saat itu. Kartini adalah seorang kutu buku, penulis, istri yang setia, pejuang dan peduli nasib miris kaumnya. Inilah potret zamannya, buta huruf, terbelakang, terhimpit, dan terpenjara oleh oleh feodalisme, oleh sebuah kultur yang tidak berpihak kepada perempuan.
Sebelum menikah dia dipingit terlebih dahulu, sehingga ia menghabiskan waktunya bersama pembantunya karena ia adalah salah satu anak dari bangsawan Jawa. Ia mulai menghabiskan waktunya dengan membaca-baca buku. Nah, dari buku-buku itulah wawasannya mengenai persamaan derajat di Eropa terbuka lebar. Kartini menginginkan hal itu juga terjadi di Indonesia. Laki-laki dan perempuan disamakan derajatnya.

Ia pun mengirimkan surat kepada Mr.J.H Abendanon (kepala Dinas Pendidikan) untuk memberikannya beasiswa ke Belanda. Permohonan Kartini pun diterima namun beasiswa itu belum dimanfaatkan dengan baik karena ia telah dinikahkan oleh salah satu putra Rembang. Untungnya, suami Kartini mendukung rencana Kartini untuk memperbaiki status sosial wanita di Indonesia. Kartini pun diizinkan untuk mendirikan sekolah di Rembang dekat kantor kabupaten Rembang. Namanya semakin dikenal sebagai tokoh pejuang emansipasi wanita.

4 hari setelah Kartini melahirkan anak pertamanya, ia meninggal di usia 25 tahun pada tahun 1904. Posisi saat RA Kartini meninggal atau menghembuskan nafasnya terakhir yaitu berada di pangkuan suaminya (ini menurut pengakuan para abdi dalem yang ada saat peristiwa itu). Beliau dimakamkan di Desa Bulu, 17 km dari kota Rembang.

Berkat usaha Kartini, banyak didirikan sekolah bagi wanita yang dinamai “Sekolah Kartini”di berbagai daerah lainnya di Indonesia. Selain itu, Mr.J.H Abendanon juga mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan oleh RA Kartini kepadanya. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Karena jasa – jasanya, akhirnya melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April sebagai hari peringatan yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Salah satu composer hebat Indonesia, WR Supratman juga membuatkan lagu untuknya dengan judul “Ibu Kita Kartini”. Ada juga majalah KARTINI yang diterbitkan oleh Lukman Umar sejak tahun 1974 sebagai bentuk apresiasi atas jasa mulia yang telah beliau lakukanJ
Menginspirasi bukan? Kita seharusnya sebagai kaum muda yang cerdas bisa bertindak dan berpikir lebih baik lagi. Semangat kaum muda Indonesia!

No comments:

Post a Comment